Ketika makan “taik” menjadi tren.
Fenomena dan fenomena, semuanya berujung kepada suatu muara yang di sebut dengan “tren”.
Saya tinggal di Indonesia yang mungkin jika ada seorang public figure yang makan taik dan dia bilang enak mungkin semua orang akan mencoba juga bagaimana rasanya taik.
Ya mungkin terdengar lucu, tapi memang begitu kenyataannya.
Masyarakat Indonesia punya kecenderungan untuk mengikuti tren apapun dengan mudahnya tanpa pandang bulu.
Miris nya kebanyakan Masyarakat Indonesia kurang begitu paham akan tren yang telah ramai. Sangat sedikit sekali orang yang mencari tahu asal muasal dari tren tersebut berkembang, menunjukan bahwa secara mental dan moral Bangsa ini masih dalam posisi “mengikuti”.
Beberapa studi kasus yang memang saya lakukan dengan menggunakan social media menunjukan adanya kecenderungan Masyarakat kita khususnya di kalangan remaja terkait mengikuti budaya atau tren tertentu tanpa pandang bulu. Dasar nya hampir semua sama personal branding dan upaya mendapat kan perhatian dari khalayak ramai.
Manusia pada umumnya memang sangat menyukai dengan personal branding, dan diperhatikan oleh orang-orang di sekitarnya dan itu wajar. Meskipun ini termasuk dalam konteks terlihat tolol Manusia tidak akan keberatan, karena kembali yang paling utama adalah bagaimana caranya mendapatkan perhatian sebanyak-banyaknya dari orang-orang sekitarnya.
Miris memang, karena jika kita memandang dari perspektif lain ini menunjukan adanya kesenjangan yang relatif tinggi.
Kesenjangan dalam aspek apa? Ya tentu saja ini berkaitan dengan moral seorang pribadi.
Mia.